Selasa, 04 Desember 2012

JADWAL ULANGAN AKHIR SEMESTER

JADWAL ULANGAN AKHIR SEMESTER I SEKOLAH DASAR
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TULUNGAGUNG
TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013

NO
HARI DAN TANGGAL
MATA PELAJARAN
KELAS I DAN II
KELAS III S/D VI
KETERANGAN
1.
Senin,
10-12-2012
1. Pendidikan Agama
07.30-08.30
07.30-09.00
Istirahat 30 menit
2. PKn
09.00-10.00
09.30-11.00
2.
Selasa,
11-12-2012
1.  Bahasa Indonesia
07.30-09.00
07.30-09.30
2.  IPA
09.30-11.00
10.00-11.30
3.
Rabu,
12-12-2 012
            1.  Matematika
07.30-09.00
07.30-09.30
            2. Mulok (Bhs Inggris)
09.30-11.00
10.00-11.30
4.
Kamis,
13-12-2012
1.  IPS
07.30-09.00
07.30-09.30
             2. Mulok (Bhs Jawa)
09.30-11.00
10.00-12.00
5.
Jum’at,
14-12-2012
1. Pendidikan Lingkungan Hidup
07.30-09.00

07.30-09.00
    

          Tulungagung, Nopember 2012
             Kepala Dinas Pendidikan


BAMBANG SETYA SUKARJONO, MM 
               Pembina Utama Muda
         NIP. 19561201 198512 1 001

Jumat, 16 November 2012

REYOG KENDANG TULUNGAGUNG



SDN 1 Serut Lestarikan  Reyog Kendhang Asal Tulungagung
( LANGGENG BUDOYO
 Pawai Hari Jadi Tulungagung Tgl 14 Nopember 2012

SDN 1 Serut merupakan salah satu SDN di Kecamatan Boyolangu yang melestarikan kebudayaan asli Tulungagung yaitu Reyog Kendang dengan nama "LANGGENG BUDOYO". Dalam rangka memeriahkan hari jadi Tulungagung UPTD Kec.Boyolangu mengadakan pawai yang diikuti seluruh SD Sekecamatan Boyolangu. Pada event tersebut SDN 1 Serut  Boyolangu menampilkan reyog kendang beserta arak-arakannya.

Reog Tulungagung " Langgeng Budoyo " SDN 1 Serut

Adapun nilai-nilai yang terdapat di kesenian Reyog Kendhang asal daerah Tulungagung ini, mencerminkan sifat kearifan lokal kesenian tradisional. Kesenian sendiri, bersangkutan mengenai proses pembelajaran dari lingkungan untuk manusia. Dari sebuah pengamatan sosial, pola prilaku kehidupan, maupun wacana yang sedang hangat dibicarakan, bisa diproses melalui kesenian, sehingga dari kesenian pulalah kita bisa mengambil sikap dalam menyikapi permasalahan.
Seperti Reyog Kendhang asal daerah Tulungagung, menurut sekilas cerita, bahwasanya asal usul Reyog Kendhang ini berasal dari penolakan lamaran yang dilakukan oleh Putri Dewi Kilisuci terhadap seorang Raja Bugis. Memang leluhur kita, selalu mengaitkan antara peristiwa dengan bentuk kesenian, salah satunya Reyog Kendhang ini.
Menurut cerita yang dituturkan oleh Bapak Endin, Beliau seorang penggerak kesenian dan kebudayaan di Tulungagung, menceritakan dahulu kala ada Raja Bugis yang ingin melamar putri Kediri, yaitu Dewi Kilisuci, akan tetapi yang disuruh melamar adalah prajuritnya. Namun ketika diperjalanan dari Bugis ke Kediri, rombongan mereka kesasar (salah arah) sesampainya di Madiun. Prajurit tersebut kesasar, akhirnya melewati daerah Ponorogo-Trenggalek-Tulungagung.
Sesampainya di Kota Kediri, setelah bertemu dengan Putri Dewi Kilisuci, prajurit tersebut menyampaikan amanah dari Sang Raja, untuk melamar putri tersebut. Putri Dewi Kilisuci, secara halus mengatakan bahwa menerima lamaran tersebut asalkan Raja Bugis bisa mempersembahkan; (1). Mata ayam tukung sebesar terbang miring digantung di gubuk penceng; (2). Seruling pohon padi sebesar batang kelapa; (3). Dendeng tumo sak tetelan pulut (jadah); (4). Ati tengu sebesar guling; (5). Madu lanceng enam bumbung; (6). Binggel emas bisa berbunyi sendiri.
Namun persyaratan tersebut merupakan kiasan halus untuk menolak lamaran dari suruhan Raja Bugis. Mendengar apa yang diminta oleh putri tersebut, akhirnya prajurit merasa kebingungan, sebab sang raja sudah mengamanahi kalau belum berhasil untuk melamar putri tersebut mereka tidak boleh kembali ke kerajaan. Akhirnya para prajurit berinisiatif untuk menuju ke arah selatan, yaitu ke kawasan daerah Tulungagung.
Akhirnya di daerah Tulungagung para prajurit tersebut meminta tolong pada warga Dhadhap Langu, untuk mengartikan kiasan yang disampaikan oleh Putri Dewi Kilisuci. Dengan adanya bantuan dari warga Dhadhap Langu tersebut, kiasan syarat yang dikatakan prajurit diartikan sekaligus dibuatkan dalam bentuk benda. Adapun makna kiasan dari Putri Dewi Kilisuci tersebut, yaitu; (1). Mata ayam tukung sebesar terbang miring digantung di gubuk penceng, mempunyai makna Gong kempul yang digantung pada gayornya; (2). Seruling pohon padi sebesar batang kelapa, mempunyai makna slompret; (3). Dendeng tumo sak tetelan pulut (jadah), yang mempunyai arti kenong; (4). Ati tengu sebesar guling, yang mempunyai arti iker atau ikat; (5). Madu lanceng enam bumbung, bisa diartikan Dhodhok atau Gemblug yang berjumlahkan enam; (6). Binggel emas bisa berbunyi sendiri, yang diartikan gongseng.
Itulah makna kiasan persyaratan untuk melamar, yang disampaikan oleh Putri Dewi Kilisuci kepada prajurit Raja Bugis. Setelah itu, para prajurit merasa senang dan tenang jiwanya, karena apa yang menjadi ganjalan sudah bisa teratasi. Uniknya ketika mereka, prajurit ingin membawa barang tersebut ke hadapan putri Kediri terbentuklah suatu gerak seni, yang sekarang diaplikasikan pada Reyog Kendhang.
Adapun gerak seni yang tercipta secara alami, diantaranya; peralatan tadi sebelum diserahkan kepada sang putri, sang prajurit berdoa memohon kepada Sang Pencipta Alam, maka para prajurit memandang bawah dan ke atas lalu kekanan-kekiri. Maka terciptanya gerak Sumi Langit (Sundangan). Para prajurit melalui semedi dengan geduk tanah supaya diterima barang-barangnya maka terciptalah gerak Gejoh Bumi.
Para prajurit setelah semedi mengantarkan persembahan (Bebono). Maka tercipta Gerak Joget Menthokan (munduk-munduk). Setelah barang-barang diserahkan maka para prajurit mundur/lengser, maka terciptalah Gerak Patetan. Setelah barang-barang diteliti para prajurit melingkar menyaksikan, maka terciptakah Gerak Joget Lilingan. Setelah dinyatakan cocok diterima barang-barang itu para prajurit kaget terciptalah joget Mindak Kecik Noleh Kanan Noleh Kiri. Para prajurit memuncak kegirangannya, maka tercipta Gerak Joget Andul (engklek). Setelah para prajurit bersenang sang putri khidmat menciptakan sesosok tubuh melesat masuk sumur, prajurit tahu. Semua melihat sumur maka tercipta Gerak Ngungak Sumur. Setelah melihat sumur sangat dalam, maka tercipta joget Kejang Jinjit. Setelah sang putri tidak muncul, hilang, para prajurit berbalik gembyang. Para prajurit merasa tidak berhasil untuk melamarkan Raja Bugis, maka dengan tangan hampa prajurit pulang, terciptalah Gerak Baris Lagi.
Itulah sekilas mengenai Reyog Kendhang asal daerah Tulungagung, pada tahun 2009 telah terdaftar di HaKI (Hak Kekayaan Intelektual) Indonesia, di Jakarta. Perlu kita menyadarinya, bahwasanya dengan peristiwa yang terjadi di lingkungan bisa dijadikan sebagai bentuk kesenian lokal. Masih belum terlambat, untuk kesenian maupun kebudayaan daerah yang lain untuk di hak patenkan, sebelum negara lain mengambil kekayaan intelektual kita.

Hubungan Kebudayaan dengan Pendidikan
Seni tradisi yang ada disetiap daerah, memang mempunyai ciri tersendiri, antar daerah pasti berbeda. Seperti halnya antara Reyog Kendhang Tulungagung dengan Reyog Ponorogo, justru dari perbedaan ciri khas tersebut akan memunculkan kekayaan khasanah kesenian. Kearifan seni yang terdapat di daerah, merupakan wujud dari masyarakatnya berbudi luhur, mempunyai etika ramah dan tamah terhadap orang lain.
Aksi serta refleksi kesenian tradisional yang ada di Tulungagung, terutama Reyog Kendhang, merupakan keseimbangan hidup manusia dengan lingkungan. Kesenian Reyog Kendhang sendiri, menyimpan pendidikan nonformal secara tidak langsung dalam bentuk seni gerak. Sehingga dengan berkesenian (Reyog Kendhang), kita seakan-akan bisa mentransformen kearifan hidup, antara tradisi dan perkembangan zaman seperti sekarang.
Hasil mempelajari, bisa dikata penyeimbangan antara gerak dan pendidikan hidup bisa berkesinambungan. Kehidupan berseni itu merupakan proses kearifan lokal bagi sebuah masyarakat. Mungkin, terdapat perbedaan yang signifikan antara masyarakat Tulungagung dan juga masyarakat Ponorogo, itu jelas. Kesenian, salah satu kegiatan (proses) yang menitikberatkan terhadap pembangunan karakter spiritualitas. Orang terdahulu (leluhur) selalu menggabungkan antara mental spiritualitas dengan seni budaya yang ada di lingkungan (masyarakat).
Lingkungan juga mempengaruhi didalam terbentuknya sebuah seni tradisi. Seperti halnya Reyog Kendhang dan Reyog Ponorogo, namanya hampir mirip, tapi dalam bentuk seni gerak maupun filosofinya tentu tidak sama. Meskipun sama-sama namanya reyog, disetiap daerah akan berbeda. Bisa saja di waktu yang akan datang, muncul Reyog Mojokertoan, Reyog Madiunan, Reyog Suroboyoan, dan reyog-reyog lainnya. Siapa menyangka, nanti kearifan lokal disetiap daerah akan muncul dari tidur nyenyaknya, dalam bentuk reyog maupun seni tradisi lain.
Reyog dapat kita katakan merupakan bentuk tarian yang sengat sederhana, sebab si penari (yang menari bersama-sama) masing-masing membawa instrumen sendiri yang berupa gendang. Reyog yang terdapat di Jawa Timur, khusus hanya menari saja. Reyog yang terdapat di Jawa Barat agak berbeda dengan di Jawa Timur. Reyog di Jawa Barat tidak terus menerus menari saja, tetapi ada saat-saatnya berdialog antara penari-penari itu sendiri. Tentang dasar tarian reyog dan instrumennya rupa-rupanya sama saja, antara yang terdapat di Jawa Timur dan Jawa Barat.


Sabtu, 27 Oktober 2012

PERINGATAN IDUL ADHA SDN 1 SERUT

PERINGATAN IDUL ADHA 1433 H DAN MAKNA QURBAN DI SDN 1 SERUT BOYOLANGU
TANGGAL 27 OKTOBER 2012





Hari Jum'at tanggal 26 oktober 2012 merupakan hari yang penuh barokah bagi umat Islam dimana merupakan hari besar bagi umat Islam yaitu Hari raya Idul Ahda yang merupakan puncak dari bulan dhulhijah ( 10 dhulhijah ) umat Islam sedunia melaksanakan Ibadah Haji di tanah Makkah. Dalam rangka memperingati dan menunaikan Ibadah qurban pada hari sabtu tanggal 27 oktober SDN 1 Serut melaksanakan penyembelehan hewan qurban untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar.



 
Qurban berasal dari bahasa Arab yang bermakna Qurbah atau mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jadi qurban merupakan wujud kesediaan seseorang untuk mengorbankan yang dicintainya dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Qurban adalah suatu amalan yang diisyariatkan Islam pada tahun kedua Hijriyah berdasarkan dalil Al-Qur’an, Hadits dan Ijma. Al-Qur’an mensyariatkannya melalui surat Al-Kautsar (QS.108: 1 – 2). 
 
Ibadah Qurban merupakan bentuk wujud SYUKUR kita atas segala nikmat yang telah diberikan Allah SWT (nikmat sehat, nikmat selamat, nikmat materi… dan masih beribu nikmat lainnya). Ibadah Qurban ibadah yang sudah lama dilakukan, sejak sejarah Nabi Adam.
 
Ibadah Qurban merupakan satu rangkaian proses, yang dimulai sejak memasuki bulan Dzulhijjah, yaitu:
  • Mulai tanggal 1 Dzulhijah, dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah, perbaiki kualitas ibadah, shaum sunnah, sholat di masjid, dsb.
  • Memperbanyak takbir di lima hari sejak tanggal  9 – 13 Dzulhijjah, setelah shalat fardhu.
  • Tanggal 9 Dzulhijjah melakukan shaum sunnah Arafah, sebagaimana Rasul bersabdah “Mengerjakan shaum di hari arafah, aku mengharapkan Allah memaafkan dosa satu tahun sebelum dan satu tahun sesudahnya”
  • Melaksanakan shalat Ied dan mendengarkan Khutbahnya.
  • Menyembelih hewan qurban yang dilakukan pada Hari Raya Haji. (Selepas shalat Idul Adha) dan hari – hari Tasyriq, yaitu 11, 12 dan 13 Dzulhijjah
Bagaimana Keutamaan dalam Ibadah Qurban?
  • Menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim a.s
  • Mendidik jiwa ke arah takwa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT
  • Mengikis sifat tamak dan mewujudkan sifat murah hati dengan menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT
  • Menghapus dosa dan mengharapkan keridhoan Allah SWT
  • Menjalin hubungan kasih sayang sesama manusia terutama antara golongan berada dan tidak mampu
 
Apa manfaat/pahala qurban?
  • Setiap helai bulu akan memberikan kebaikan kepada kita
  • setiap tetes darah akan menghapuskan dosa kita.
Mempersembahkan qurban merupakan Sunnah Muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan, merupakan kesunnahan yang nyaris wajib, yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW), dan berqurban kesunnahannya dilakukan tiap tahun.Kesunnahannya berlaku secara individual (baik ayah, ibu, anak dst)
Siapa saja yang disunnahkan untuk berqurban?
Yaitu:
  • Muslim
  • Akil baligh
  • Al istito’ah, yaitu mampu untuk berqurban dari sudat harta yang dimiliki, dalam pengertian sebelum tanggal 10 Dzulhijjah, dimana bila seluruh harta yang dimilikinya (mulai dari tabungan, rumah dan berabotannya, kendaraan, perhiasan, tas, dsb), secara keseluruhannya dihitung, kemudian setelah dikurangi dengan kebutuhan makan-minum untuk dirinya/keluarganya selama 4 hari (dari tanggal 10-13 Dzulhijjah), ternyata masih tersisa harta senilai 1 hewan qurban,……. Maka kepada mereka jatuh kesunnahan untuk berqurban.